Monday, 25 May 2020

Judul buku    : Luka Perempuan Asap : air mata di antara pohon sawit
Penulis     : Nafi`ah Al-Ma`rab
Penerbit   : Tinta Medina
Tahun          : 2017
Tmpt/Tggl/bln/thn sinopsis buku : Temboro, 03 Maret 2019.

Luka Perempuan Asap : air mata di antara
 pohon sawit

Kurang lebih 4 jam lamanya saya melalap novel ini. novel yang sangat asyik untuk dijadikan teman ngobrol, mengajak ke alam fantastis dan yang lebih menarik adalah novel ini ditulis oleh seorang penulis yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini.  “Luka perempuan ASAP”, ya itulah judulnya mengangkat sebuah realitas kehidupan nyata bukan sekedar cerita. Berawal dari perjalanan seorang perempuan yang bernama Mun anak tunggal juragan sawit. Mun harus rela menerima kenyataan bahwa sang ayah memaksanya untuk menikah dengan orang yang menurut sang ayah memiliki derajat sosial masyarakat yang sama. Sementara Mun tidak bisa mengela kenyataan itu, walaupun ia sudah mencoba berkali-kali meyakinkan sang ayah bahwa Marjo si calon bukanlah laki-laki baik yang bisa membimbingnya. Kemasyuran Marjo selaku anak bos sawitlah yang membuat ayah si Mun buta akan kenyataan. Hati dan pikiran si Mun pun bercampur aduk sehingga ia sempat melarikan diri ke Jogjakarta bahkan sempat bekerja serabutan. Di samping itu masalah lain muncul, ia harus berurusan dengan dosen pembimbingnya ibu Wilda yang memanfaatkan si Mun selaku anak bimbingannya dalam urusan proyek penelitian sawit yang disokong oleh pihak asing. Ia harus memilih mengikuti sarannya atau tidak bisa lulus sebagai seorang sarjana, dalam penelitian tersebut si Mun harus meyakinkan para petani sawit bahwa tanaman sawit sangat berbahaya untuk kelangsungan hidup masyarakat kampung belum lagi pembukaan lahan dengan cara pembakaran ilegal yang telah membuat Riau diselimuti bencana asap yang telah merenggut banyak korban. Tak hanya sampai disitu derita yang dialami oleh Mun, Marjo laki-laki yang diidam-idamkan oleh ayahnya ternyata berhati busuk ia menguras kekayaan sang ayah Mun dengan memanfaatkan statusnya sebagai calon menantu. Inilah awal kehancuran keluarganya. Akhirnya sang ayahpun benar-benar bangkrut. Krisis yang telah melanda dunia telah menyebabkan harga sawit sangat tak manusiawi belum lagi Marjo telah banyak menguras hartanya. Depresi yang dialamai ayah Mun menyebabkan sang ayah mengalami penyakit parah. Sementara Ibu Wilda selaku dosennya harus menerima sebuah sanksi dari rektorat kampus karena telah memperjual belikan penelitiannya demi kepentingan pribadi. Ia dikeluarkan dari kampus secara tidak terhormat. Sakit yang diderita sang ayah kian parah, sedangkan segala cara telah Mun perbuat termasuk mengeluarkan hartanya sampai tak tersisa. Akhirnya  Mun pun bersama sang ayah harus tinggal di rumah kontrakan, hari-harinya ia habiskan untuk merawat sang ayah padahal ia disisi lain harus mencari bekal untuk kebutuhan sehari-hari. Sampai pada masa akhir detik-detik kematian sang ayah, sang ayahpun tidak tega melihat anaknya dan ia memintanya untuk mencari seorang suami paling tidak ada agar ada seseorang yang menjaganya. Si mun pun berusaha keras untuk mencari calon suami berdasarkan permintaan sang ayah. Melalui Marisa teman se kampus dengannya Mun pun dikenalkan dengan banyak laki-laki tapi tak satupun sesuai dengan prinsip si Mun sampai ajal menjemput nyawa sang ayah. Pada akhir cerita seorang laki-laki yang pernah menjadi bosnya sewaktu Mun bekerja di Jogjakarta tak disangka datang kepadanya membawa sebuah berita yang telah lama ia nanti, laki-laki itu memintanya untuk menjadi teman hidup sekaligus  mengajaknya mengarungi lautan cinta yang halal di mata Allah S.W.T
      
      


No comments:

Post a Comment