Saturday, 3 November 2018

Tan Malaka & H.O.S Tjokroaminoto "Lahirnya Pendidikan SI Merah"

Sumber gambar : https://metrosemarang.com/sering-dipakai-rapat-pki-gedung-si-merah-nyaris-dibakar-tentara-26328.

Pada bulan juli 1921 Tan hijrah ke Jawa, hal ini di dorong oleh rasa penasarannya mengenai organisasi sarekat islam yang dikenal anti penjajah yang membuming di seantaro tanah air.
Yogyakarta, disinilah kota pertama yang ia jejaki, dan di kota inilah ia bertemu dengan sang pemimpin sarekat islam itu “Oemar Said”. Sewaktu kkongres Sarekat Islam di selenggarakan di Jogjakarta, Tan di ajak oleh sahabat karibnya Soetopo ke kongres SI dan dikenalkannya kepada pemimpin sarekat islam Oemar Said Tjokroaminoto. Dalam pertemuannya dengan Tjokro ini, Tan menilai bahwa sewaktu dirinya pertama kali bertemu dengannya ia sangat bersahaja dan mau menerima siapapun.
Hal itu terbukti dengan dipinang oleh Tjokro untuk membantu pergerakannya dengan bersedia menjadi guru di cabang Sarekat Islam Semarang. Tawaran Tjokro disambut baik oleh Tan, dan akhirnya ia mulai merumuskan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan cita citanya. Inisiatif Tan ini disambut baik oleh Semaun sebagai ketua SI Semarang, melalui jalan rapat istimewa didirikanlah perguruan tinggi yang dicita citakan olehnya hingga masyarakat sekitar lebih mengenalnya sebagai sekolah SI ala Tan Malaka.[1]
Saudara Pan Islamisme
Sarekat islam sebagai lokomotif dari perjuangan rakyat pribumi yang dinahkodai oleh si Oemar Said, telah membawa angin segar atas kepercayaan diri rakyat untuk sama sama tampil di atas panggung perlawanan dalam melawan kapitalisme kolonial.
Jargon sama rata sama rasa yang didengung dengungkan Tjorko dalam setiap perjalanan kampanye politiknya tidak sia sia, Sarekat Islam semakin jaya tumbuh dan menjelma menjadi organisasi terbesar di seluruh seantaro tanah air bahkan di kawasan Asia. Tjokroaminoto meyakini bahwa dengan semangat islam, umat islam akan bersatu dan hal ini akan mempermudah untuk meruntuhkan kekuasaan kolonial. nama Sarekat Islam kian membuming hingga akhirnya membangunkan si Tan untuk ikut terlibat dalam perjuangan organisasi ini. Disadari atau tidak dalam beberapa catatan sejarah dinyatakan bahwa semangat Tjokroaminoto untuk mempersatukan umat islam terinspirasi dari keberhasilan Pan Islamisme Turki yang berhasil membawa islam kepada kejayaannya.[2] Seperti yang dikatakan oleh korver, Tjokroaminoto menggangap Pan Islamisme sebagai fokus perjuangan politik SI karena akan melahirka benih benih demokrasi yaitu persamaan antar umat manusia.[3]
Jalan pemikiran Tjokroaminoto inilah yang dianggap oleh Tan Malaka sebenarnya mempunyai kesamaan dengan komunisme yang mempunyai tujuan yang sama untuk menghancurkan dunia kapitalisme karena ia telah menginspirasi umat islam untuk terus melawan kolonial hindia belanda.[4] Untuk itu ketika Internasionale komunis yang ke-4 tahun 1922:
“Pan-Islamisme adalah sebuah sejarah yang panjang. Pertama saya akan berbicara tentang pengalaman kita di Hindia Belanda dimana kita telah bekerja sama dengan kaum Islamis. Di Jawa kita memiliki sebuah organisasi yang sangat besar dengan banyak petani yang sangat miskin, yaitu Sarekat Islam. Antara tahun 1912 dan 1916 organisasi ini memiliki sejuta anggota, mungkin sebanyak tiga atau empat juta. Itu adalah sebuah gerakan popular yang sangat besar, yang timbul secara spontan dan sangat revolusioner”.[5]
Dari pidato Tan Malaka tersebut sangat jelas bagaimana Tan sangat apresisif sekali terhadap Pan-Islamisme yang mampu menjadi motor pemersatu antara komunisme dan Islam. Untuk itu ia sangat  menyesalkan sikap para pemuka PKI yang cendrung menyerang Tjokroaminoto secara personal yang pada akhirnya menyebabkan dilakukannya disiplin partai pada tahun 1921. Karena dalam kerangka berfikir Tan Malaka, seharusnya gerakan Tjokroaminoto didukung bukan malah dimusuhi. Dalam artian ini Tan Malaka malah mengkritik rekan-rekan komunisnya yang dianggapnya bertindak gegabah dalam memaknai gerakan Pan Islamismenya Tjokroaminoto. Apalagi dalam kurun waktu tersebut SI dan Tjokroaminoto pun telah mengadopsi nilai-nilai komunisme dalam perjuangan pembebasan rakyat jelata. Atas pemahaman inilah akhirnya keputusan Internasionale III yang menentang “Pan Islamisme dan kecendrungan-kecendrungan serupa” dicabut.[6]
Menurut Anhar Gonggong, Tan Malaka adalah tokoh yang dekat dengan Tjokroaminoto. Tan Malaka memiliki keyakinan yang sama bahwa Islam adalah potensi besar untuk membawa kaum bumiputra menuju kemerdekaan. Hal ini terbukti dengan pembentukan SI “merah” oleh Tan Malaka, karena ia tidak ingin Islam dipertentangkan dengan komunisme. Karena pemikirannya ini, dan juga ketidaksepahamannya untuk melakukan revolusi PKI tahun 1926 menyebabkannya harus didepak dari PKI.[7]




[1] Tan Malaka, 2008, 93-94.
[2] Pan islamisme adalah sebuah paham yang mempercayai bahwa kemunduran islam diakibatkan oleh lemahnya persatuan umat Islam untuk itu islam harus bersatu pada melawan kekuatan asing. Selain itu campur tangan barat dalam memecah belah umat islam sudah melampaui batas batas kemanusian. Paham ini di pelopori oleh yang dipelopori oleh seorang muslim Revolusioner yaitu Jalamaludin Al Afgani. Baca Harun Nasution, Pembaharu dalam Islam Jakarta: Bulan bintang, 1957), 55. Atau baca juga. Ahmad Mansur Surya negara, Api Sejarah (Bandung: PT. Gravindo Media Utama, 2012), 332-334.
[3] A.P.E Korver, Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil ? (Jakarta: Grafiti Pers, 1985),  240.
[4]Lihat pidato Tan Malaka dalam kongres Internasionale tahun 1922 dalamhttp://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/1922-PanIslamisme.htm,
[5] Tempo, Tan Malaka Bapak Republik yang Dilupakan (Jakarta: PT. Gramedia, 2010), 76.
[6] Bernad Dahm  1987,  Seokarno dan Perjuangan Kemerdekaan Jakarta: LP3ES, 1987), 88.
[7] Yudomehendro dalam “ H.O.S Tjokroaminoto Tan Malaka Sosialis Pendukung sosialis di posting pada februari 2011.

20 comments: