BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak
awal keberadaan manusia, pendidikan telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan
semenjak ia lahir di muka bumi ini. Bahkan para ahli banyak mengatakan bahwa
usia pendidikan setua umur manusia. Maka
dari itu
perbincangan mengenai pendidikan dari masa ke masa tidak akan pernah selesai. Selama
berabad-abad lamanya pendidikan juga telah banyak memberikan
kontribusi yang luas dalam mencerahkan kehidupan manusia. Pendidikan menjadi hal yang inheren dalam
kehidupan umat manusia.[1].
Ia laksana lentera dalam kegelapan yang memberikan petunjuk sehingga manusia
dengan mudah memahami bagaimana beradabtasi
di alam rimba alam raya.
Lebih dari hal tersebut, disadari atau tidak pendidikan memang muncul
dalam berbagai bentuk dan paham. Ada
yang memahami bahwa pendidikan sebagai wahana untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan, alat pembentukan watak, alat pelatihan ketrampilan, alat
mengasah otak, serta media untuk meningkatkan keterampilan kerja. Sementara
bagi paham konservatif
pendidikan lebih diyakini sebagai suatu media atau wahana untuk menanamkan
nilai-nilai moral dan ajaran keagamaan, alat pembentukan kesadaran bangsa, alat
meningkatkan taraf ekonomi, alat mengurangi kemiskinan, alat mengangkat status
sosial, alat menguasai teknologi, serta media untuk menguak rahasia alam raya
dan manusia. Di sisi lain
banyak praktisi dan pemikir pendidikan yang menempatkan pendidikan justru
sebagai wahana untuk menciptakan keadilan sosial, wahana untuk memanusiakan
manusia, serta wahana untuk pembebasan manusia.[2]
Berbagai
kebudayaan dan keyakinan umat manusia, sesungguhnya berusaha untuk menjaga dan
mempertahankan penyelanggaraan pendidikan secara turun-menurun. Penyelenggaraan pendidikan selanjutnya
menjadi kewajiban kemanusiaan maupun sebagai strategi budaya dalam rangka
mempertahankan kehidupan mereka. Makanya
melihat begitu pentingnya pendidikan bagi umat manusia, banyak peradaban
manusia yang "mewajibkan" masyarakatnya untuk tetap menjaga
keberlangsungan pendidikan.[3] Maka tidak salah ketika banyak negara-negara yang
memiliki tingkat kemajuan yang pesat melapangkan tangan selebar mungkin untuk
rakyatnya agar jangan sampai tidak mendapatkan pendidikan. Sebut saja negara-negara
di seantaro Eropa, Amerika Utara dan negara yang berada di kawasan Asia seperti
Jepang, Korea Utara, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan lain sebagainya.[4]
Di
Indonesia sendiri terutama ketika masa orde lama di bawah pemerintahan Sukarno.
Pendidikan menjadi hal yang wajib karena Sukarno
menginginkan membangun masyarakat sipil yang kuat, yang terdiri dari demokrasi,
kesamaan hak dan kewajiban antar sesama
warga dalam pendidikan tanpa membedakan warna kulit, keturunan, agama dan sebagainya. Untuk itulah sukarno pada saat itu menggunakan
pendidikan sosialis sebagai kunci dalam mengentaskan masyarakat Indonesia dari
kebodohan. Sukarno menginginkan bahwa Indonesia harus keluar dari ketertindasan
dan keterpurukan agar rakyat Indoensia tak
lagi dicemoh oleh bangsa-bangsa Imperialis, menariknya
lagi pendidikan pada saat itu digratiskan. Uang SPP sama sekali ditiadakan, kala itu diberlakukan Undang-undang Nomor
4 Tahun 1950 dan Undang-undang no 12 tahun 1954 untuk mengatur sistem pedidikan
nasional. Selain itu untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah Orde lama
mendirikan Universitas di setiap provinsi seperti Universitas Indonesia (UI),
Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Airlangga (UNAIR) dan sebagainya. Hal
tersebut di lakulan tentunya untuk pemerataan kesempatan belajar bagi semua
lapisan masyarakat.[5]
Pendidikan sosialis di era Sukarno bermula dari kelahiran (USDEK) Undang-Undang Dasar 1945 pada
tahun 1960. Undang-undang tersebut berisi tentang Sosialisme ala Indonesia dan Demokrasi terpimpin Sukarno. Tujuan
dari USDEK tersebut sebenarnya meneruskan apa yang di cita-citakan dalam
manifesto politik Sukarno yaitu menyelesaikan revolusi Indonesia. Karena
soekarno melihat bahwa serangkaian carut marutnya bangsa Indoensia karena kekuatan
imperialisme barat yang tidak menginginkan Indoensia menjadi bangsa yang
mandiri sesuai cita-cita revolusi.[6]
Gelora Manipol-USDEK menjadi dewa dalam kehidupan politik Indoensia dan juga
dewa dalam kehidupan politik lainnya . untuk itulah bidang pendidikanpun tidak
luput dari pengaruhnya. Kepres No. 145 tahun 1965 merumuskan tujuan pendidikan
Nasional sesuai dengan Manipol-USDEK yakni membentuk masyarakat sosialis dan
pendidikan menjadi alat untuk mewujudkannya. Secara implisit Sukarno menginginkan
supaya bangsa Indoensia berdikari dan menentang segala imperialisme. Maka tidak
heran negara-negara barat melihat bahwa Soekarno adalah pemimpin yang anti barat.[7]
Era pendidikan sosialis
pada masa orde lama berakhir ketika Sukarno lengser, dan digantikan dengan
sistem Orba Suharto yang di kenal cenderung berkiblat kepada Negara-negara
barat.[8]
Pada masa Suharto kondisi politik Indoensia berubah 180
derajad . Karena Suharto merubah kiblat Indoensia dari yang semula Sosialisme-Komunisme ke liberialisme-kapitalisme. Negara-negara Barat
yang berpaham liberal-kapitalis dengan
mudahnya kembali mengekploitasi lagi indonesia, di Era Suharto sejarah kapitalisme Indoensia
bangkit. Negara-negara barat mengiming imingi Soeharto supaya menggenjot pembangunan
Indoensia. Tujuannya tidak lain untuk memfasilitasi mereka. Segala aspek
kehidupan Indonesia
baik ekonomi, politik, bahkan Pendidikan tak luput dari orientasi pembangunanisasi
yang berkolaborasi dengan kapitalisme.
Proses imperialisasi kapitalis Indonesia berlanjut sampai
masa reformasi di mana Indonesia
memasuki tantangan baru yang ditandai dengan menguatnya paham pasar bebas, yang dikenal sebagai zaman
Globalisasi.[9]
Tradisi umat manusia untuk mempertahankan eksistensi mereka melalui pendidikan
mendapat tantangan,
karena pendidikan ternyata bagi sebagian manusia dapat digunakan untuk
mengakumulasi kapital dan mendapatkan keuntungan. Bagaimana mungkin tradisi
manusia tentang visi pendidikan sebagai strategi untuk eksistensi manusia yang
telah di reproduksi berabad-abad selama ini, diganti oleh suatu visi yang
meletakkan pendidikan sebagai komoditi. Tapi apa sesungguhnya yang mendorong
terjadinya komoditisasi pendidikan ini?.
Pendidikan diperlakukan sebagai komoditi diperkuat sejak dikembangkannya
ditandatanganinya kesepakatan General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT), di mana dunia secara global telah
memihak pada kepentingan pasar. Hal itu dilakukan demi membuka peluang bagi Trans
National Corporations (TNCs) untuk ekspansi. Salah satu usaha strategis
mereka adalah mempengaruhi kebijakan Negara-negara Selatan untuk melicinkan
"jalan" bagi TNCs untuk beroperasi.[10]
Pada akhirnya kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang tersebut akan trickle down kepada anggota masyarakat yang lain. Oleh karena itu
sedikit orang tersebut perlu difasilitasi dan dilindungi. Pendirian ini pada
prinsipnya tidak bergeser dari paham Liberalisme yang dipikirkan Adam Smith
dahulu kala dalam karyanya The ealth of Nations (1776). Paham inilah
yang sejak lama berusaha untuk membatasi peran pemerintah dan lebih memberi
kesempatan pada perusahaan perusahaan swasta untuk menjadi aktor dalam bidang
ekonomi di bawah situasi persaingan bebas yang diciptakan oleh gagasan
"Pasar Bebas". Biarkan pasar menentukan harga. Akibat dari pendirian
pasar bebas tersebut ada sejumlah akibat yang nantinya akan berpengaruh
terhadap visi pendidikan dan akan memaksa komodifikasi pendidikan terjadi. Mereka menuntut untuk membebaskan perusahaan
swasta dari campur tangan pemerintah, misalnya jauhkan pemerintah dari campur
tangan di bidang perburuhan, investasi, harga serta biarkan mereka mempunyai
ruang untuk mengatur diri sendiri, untuk tumbuh dengan menyediakan kawasan pertumbuhan. Di bidang pendidikan, implikasi
pendirian ini adalah Pertama, Pemerintah juga harus melepaskan semua
sekolahnya, dan serahkan urusan pendidikan kepada perusahaan swasta. Kedua,
mereka juga menuntut agar negara menghentikan subsidi kepada rakyat karena hal
itu selain bertentangan dengan prinsip Neoliberal tentang jauhkan campur
tangan pemerintah juga bertentangan dengan prinsip pasar dan persaingan bebas.[11]
Oleh karena itu pemerintah harus melakukan
privatisasi semua perusahaan milik negara termasuk lembaga pendidikan negara
maupun semua bentuk "subsidi pendidikan" kepada rakyat harus
dihentikan dan biarkan mekanisme pasar dalam sektor pendidikan yang menentukan.
Gagasan untuk menghapuskan subsidi terhadap universitas negara maupun
penghapusan segala bentuk subsidi pendidikan ini berangkat dari asumsi bahwa
perusahaan negara pada dasarnya dibuat untuk melaksanakan subsidi negara pada
rakyat. Oleh karena subsidi pendidikan akan menghambat persaingan bebas dalam
bidang pendidikan, maka subsidi pendidikan harus dihapus. Mereka juga percaya
bahwa pasar bebas dalam pendidikan akan sulit diwujudkan jika masyarakat masih
mempertahankan semangat dan ideologi ‘pendidikan sebagai hak semua manusia’
karena hal itu akan menghalangi pertumbuhan ekonomi disektor pendidikan.
Akibat
Liberalisasi pendidikan ini, pendidikan akan hanya mampu dijangkau oleh mereka
yang secara ekonomi diuntungkan oleh struktur dan sistim sosial yang ada.
Sementara itu bagi mereka yang datang dari kelas yang dieksploitasi secara
ekonomi tidak akan mampu menjangkau pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan
telah menjadi suatu komoditi, bagi mereka yang memiliki uang dan mampu untuk
membayarnya, akan menikmati pelayanan dan mutu pendidikan, sementara bagi
mereka yang tidak mampu membayar pendidikan tidak akan mendapat akses dan
pelayanan pendidikan. Pendidikan yang sejak lama menjadi usaha untuk
mempertahankan eksistensi dan budaya manusia, saat ini tengah mengalami
pergeseran orientasi, visi maupun ideologi yang berakibat ancaman bagi
eksistensi manusia sendiri.
Dalam
perkembangannya pemerintah telah menghapus sekolah-sekolah bertaraf
Internasional akan tetapi di lapangan
masih banyak sekolah-sekolah yang mahal bahkan tidak kalah dengan sekolah yang bertaraf Internasional tarifnya masih banyak .
Padahal sudah jelas-jelas bahwa sekolah yang mahal hanya bagi mereka saja yang
memiliki kemampuan ekonomi lebih untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya. Memang
benar bahwa sekolah yang mahal di barengi dengan fasilitas yang bagus akan
tetapi berapa rakyat yang bisa mencicipi sekolah tersebut. Kemana pemerintah
ketika rakyat miskin menginginkan sekolah yang berkualitas. Jargon pemerintah “Ayo sekolah” selama ini hanya sebuah
retorika birokrasi saja. Oleh karena itu maka tidak heran
pendidikan kita sampai saat ini masih kalah jauh dengan Negara tetangga
Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Permasalahan pendidikan juga terkait
polemik
mengenai Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Hingga tahun 2002 saja,
tercacat sebanyak 17.079.220 dari 220 juta lebih penduduk Indonesia atau 7,763
persen yang tidak bisa baca tulis. Mereka dinyatakan buta aksara. Sedangkan
untuk anak-anak pra-sekolah berusia 4-6 tahun yang belum tertampung pada
lembaga pendidikan sebanyak 11.298.070 orang. Mereka yang mengalami putus
sekolah dasar per tahunnya ada sekitar 3 juta orang. Selain itu mengutip data
dari depdikas tahun 2000 tentang sejumlah orang yang tak bisa sekolah. Begini
datanya: sedikitnya 7,2 juta anak di Indonesia yang tak bisa sekolah, terdiri
dari 4,3 juta siswa SLTP dan 2,9 juta siswa SD dan SLTP.[12]
Data yang terbaru pada tahun 2015 lalu
Badan Pusat Data Statistik Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
menyebutkan ada 4,9 Juta anak yang tidak tercakup pendidikan karena kemiskinan.[13]
Dapat kita bayangkan betapa terseok-seoknya Negara ini untuk mengurus
pendidikan penduduknya sendiri saja tidak mampu. Pemerintah yang selama ini di nahkodai segelintir orang
yang di percayai oleh rakyat harus benar-benar memikirkan semua rakyat selama
ia masih berstatus warga negara Indonesia . Jangan hanya memikirkan
kepentingannya sendiri, sebagaimana yang menjadi pegangan Serikat Islam dulu
yang mengambil dalam surat An-Nur (XXIV), ayat 62,63 dan 64:
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur #sÎ)ur (#qçR$2 ¼çmyètB #n?tã 9öDr& 8ìÏB%y` óO©9 (#qç7ydõt 4Ó®Lym çnqçRÉø«tGó¡o 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# y7tRqçRÉø«tFó¡o Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# cqãZÏB÷sã «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur 4 #sÎ*sù x8qçRxø«tGó$# ÇÙ÷èt7Ï9 öNÎgÏRù'x© bsù'sù `yJÏj9 |Mø¤Ï© öNßg÷YÏB öÏÿøótGó$#ur ãNçlm; ©!$# 4 cÎ) ©!$# Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÏËÈ w (#qè=yèøgrB uä!$tãß ÉAqߧ9$# öNà6oY÷t/ Ïä!%tæßx. Nä3ÅÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ 4 ôs% ãNn=÷èt ª!$# úïÏ%©!$# cqè=¯=|¡tFt öNä3ZÏB #]#uqÏ9 4 Íxósuù=sù tûïÏ%©!$# tbqàÿÏ9$sä ô`tã ÿ¾ÍnÍöDr& br& öNåkz:ÅÁè? îpuZ÷FÏù ÷rr& öNåkz:ÅÁã ë>#xtã íOÏ9r& ÇÏÌÈ Iwr& cÎ) ¬! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( ôs% ãNn=÷èt !$tB óOçFRr& Ïmøn=tã uQöqtur cqãèy_öã Ïmøs9Î) Nßgã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ (#qè=ÏHxå 3 ª!$#ur Èe@ä3Î/ >äóÓx« 7LìÎ=tæ ÇÏÍÈ
62. Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada
bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka
tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya
orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin
kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
63. janganlah kamu jadikan panggilan
Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang
lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur
pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa
azab yang pedih.
64. ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan
Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan
yang kamu berada di dalamnya (sekarang). dan (mengetahui pula) hati (manusia)
dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah
mereka kerjakan. dan Allah Maha mengehui segala sesuatu.[14]
Maka tidak heran dari waktu kewaktu output pendidikan
kita mayoritas di lihat sebelah mata oleh Bangsa lain seperti ketika menjadi
TKI banyak di pekerjakan di sector-sektor kasar .[15] Padahal berbicara peningkatan kualitas SDM
Bangsa perlu di iringi dengan terselenggarakannya pendidikan untuk semua,
sebagaimana amanah undang-undang dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) “Setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan”, dan di ayat (2) Setiap warga Negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiyainya. Selain
itu mengacu kepada Deklarasi UNESCO Pada Tahun 2000 lalu yang menegaskan bahwa
“Setiap Orang berhak atas pendidikan”. [16]
Malu rasanya ketika kita menengok di era pergolakan
pergerakan Indonesia Pra Kemerdekaan H.O.S Tjokroaminoto mampu mendirikan
pendidikan bagi semua rakyat. Baginya persoalan kehidupan masyarakat tidak
boleh tidak mesti di siyasati juga.[17]
Anies Baswedan & Anhar Gonggong sebagaimana yang saya kutip dalam acara
Mata Najwa, mereka mengatakan bahwa kepedulian Tjokroaminoto dalam dunia pendidikan adalah mewujudkan
program wajib belajar 15 tahun dan pemberian beasiswa.[18]
Untuk itulah perlu adanya revitalisasi terhadap sistem pendidikan karena untuk
menuju menjadi Bangsa yang maju dengan pendidikan apalagi tantangan bangsa ini
kedepan semakin kompleks.
Selain itu, tak sedikit pula lembaga-lembaga pendidikan
di Indonesia telah terpengaruhi oleh pemikiran-pemikiran asing yang telah
menyingkirkan hakikat utama dari pendidikan itu sendiri, yaitu memperoleh
kepandaian intelektual (pendidikan) dan juga menanamkan keutamaan budi pekerti
(pengajaran). Jika kita tengok kemasa lalu (era 1900-an) pendidikan yang
demikian itu juga terjadi dengan berdirinya sekolah khusus kaum bangsawan (baik
orang kolonial sendiri atau pribumi yang mengabdi pada koloni). Sehingga
kaum bawah (rakyat kecil) tidak dibolehkan untuk sekolah ditempat mereka.
Sebagaimana
H.O.S Tjokroaminoto
menghendaki pendidikan yang mampu menanamkan kepandaian dan keutamaan budi
pekerti, yang dijelaskannya dalam hal pengajaran dan pendidikan, bahwa:
“(1) Dengan
sekuat-kuat tenaganya mendirikan sekolah2-nya sendiri yang cukup luas
pengajarannya dalam „ilmu duniawi dan „ilmu Agama, dengan mementingkan perasaan
kebangsaan, terlebih lagi menyintai Negeri tumpah-darah, dan mengadakan
rupa-rupa organisasi untuk memberi pendidikan berdasar Islam kepada anak-anak
dan pemuda-pemuda, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah; (2) melawan
segala „adat dan cara pendidikan yang sifat dan nafsunya akan merendahkan
derajat kemanusiaan.”[19]
Apa yang di sampaikan oleh Tjokroaminoto tersebut relevan
dengan fungsi pendidikan islam yaitu pertama,
fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman. Kedua fungsi
psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku dan yang ketiga, fungsi
sosial yang berkaitan dengan aturan yang menghubungkan dengan manusia lain atau
masyarakat yang harmonis dan seimbang.[20]
Nampaknya H.O.S Tjokroaminoto di zamannya juga
mengalami kecemasan yang sama pada bidang pendidikan. Untuk itulah dengan
menggunakan konsep pendidikan sosialis bukan tidak mungkin persolan pendidikan
akan menemukan jalan apalagi juga mengingat bahwa dalam pendidikan islam yang bersifat rahmatal lil alamin
juga mempunyai keberpihakan yang sama terhadap orang-orang miskin. Selain itu gagasan pendidikannya untuk kaum pribumi pada
waktu itu bukan hanya gagasan melainkankan membangun sekolah-sekolah rakyat
yang dikenal dengan sekolah SI agar semua rakyat dapat menikmati pendidikan.[21]
Apalagi melihat
dari kesesuaian antara pendidikan sosialisme dengan pendidikan islam yaitu
berkenaan dengan terwujudnya masyarakat yang harmonis, memuliakan sesama
manusia, dan menolak penindasan, maka bukankah pendidikan sosialis relevan
dengan apa yang menjadi tujuan pendidikan islam. Selain itu Tjokroaminoto juga
di kenal sebagai pendidik para pendiri bangsa seperti Sukarno, Semaun, Muso dan
tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya yang rata-rata mereka semua di gembleng di rumah
Tjokroaminoto, Sukarno mengatakan rumah beliau adalah dapur nasionalisme.[22]
Lebih dari itu juga melihat dari penelitian di kampus IAIN Jember masih belum
ada yang meneliti tentang beliau apalagi pemikirannya tentang pendidikan.
Berangkat dari latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik sehingga mengadakan suatu penelitian lebih lanjut tentang pemikiran
H.O.S Tjokroaminoto dalam perspketif pendidikannya dengan judul “Relevansi
pendidikan sosialis perspektif H.O.S Tjokroaminoto dengan Pendidikan Islam” dan
nantinya dengan pemikirannya dapat kita hadirkan kembali dalam menemukan solusi terhadap
problema pendidikan bangsa.
B.
Fokus
Kajian
Perumusan
masalah dalam penelitian pustaka disebut dengan istilah fokus kajian. Bagian
ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan
bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan
secara memuaskan. Uraian tersebut didukung dari berbagai publikasi yang
berhubungan dengan masalah yang dikaji, mencakup aspek, konsep-konsep berkaitan dengan
hal yang ditulis dan trend yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi
uraian yang relevan dengan masalah yang
akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.[23]
Adapun
fokus kajian dari Relevansi Konsep Pendidikan Sosialis Perspektif H.O.S Tjokroaminoto
dengan Pendidikan Islam , Peneliti akan
menjabarkan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
konsep pendidikan sosialis Perspketif H.O.S Tjokroaminoto ?
2. Bagaimana
Relevansi Konsep Pendidikan Sosialis Perspektif H.O.S Tjokroaminoto dengan Pendidikan Islam ?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
Penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan
penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dengan masalah-masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:.
1. Untuk
mendeskripsikan konsep pendidikan sosialis Perspektif H.O.S Tjokroaminoto.
2. Untuk
mendeskripsikan relevansi
konsep pendidikan sosialis Perspektif H.O.S Tjokroaminoto Dengan Pendidikan
Islam.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi tentang
kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian.
Kegunaan penelitian dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan
praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi, dan masyarakat secara
keseluruhan.
Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat
Teoritis
a.
Dalam
pembahasan ini, dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas tentang relevansi konsep pendidikan sosialis
perspektif H.O.S Tjokroaminoto Dengan Pendidikan Islam.
b. Dari hasil pembahasan ini, di harapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran tentang konsep
pendidikan sosialis perspektif H.O.S Tjokroaminoto Dengan Pendidikan Islam kepada semua pemikir pendidikan.
c.
Dapat
mengembangkan dan memperkaya khazanah keilmuan dan pengetahuan, yang terkait dengan relevansi konsep pendidikan sosialis
perspektif H.O.S Tjokroaminoto Dengan Pendidikan Islam di lembaga perguruan tinggi IAIN Jember..
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Peneliti: Sebagai bahan informasi dan latihan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam rangka memperluas khazanah keilmuan;
b. Bagi
Civitas Akademika: Kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau acuan oleh
civitas akademika sebagai bahan berpikir tentang pendidikan sosialis.
c. Bagi
masyarakat luas atau pembaca: Kajian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh
lapisan masyarakat sebagai pengembangan wawasan pengetahuan dalam menerapkan
pendidikan.
E.
Definisi
Istilah
Agar tidak ada penafsiran yang
berbeda dengan persoalan yang terkandung di dalam judul penelitian ini, maka
dalam definisi istilah akan dibahas tentang pengertian istilah-istilah penting
yang menjadi titik perhatian peneliti. Definisi istilah berisi tentang
pengertian istilah yang menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian
ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan maupun kesalahpahaman
dalam memahami makna istilah yang ada.
Adapun definisi istilah tentang
judul “Relevansi Konsep Pendidikan Sosialis H.O.S Tjokroaminoto Dengan
Pendidikan Islam” adalah sebagai
berikut:
1. Relevansi
Kata relevansi berasal dari kata dasar relevan yang mempunyai arti
bersangkut paut, yang ada hubungannya, selaras dengan.[24]
Jadi
yang dimaksud relevansi dalam judul skripsi disini adalah sebuah penelitian
ilmiah ataupun kajian tentang hubungan kesamaan antara konsep pendidikan
sosialis menurut H.O.S Tjokroaminoto dengan pendidikan islam.
2. Konsep
Dalam kamus
ilmiah
pengertian konsep ialah ide umum, pengertian, pemikiran, rancangan,rancangan
dasar.[25]
3. Pendidikan Sosialis
Pendidikan
adalah proses sosial yang membantu anak dalam menggunakan
kemampuan-kemampuannya sendiri demi mencapai tujuan sosial.[26] Sosialis berasal dari kata “Sosial” yang segala sesuatu yang mengenai masyarakat, peduli terhadap
kepentingan umum (bangsa). Jadi sosialis adalah manusia yang memiliki rasa sosial yang tinggi.[27]
Dari
pembahasan di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan sosialis dalam skripsi
ini adalah model pendidikan yang bertujuan agar peserta didik mempunyai kepedulian terhadap kepentingan
bersama yang tinggi serta bersifat
demokratis dan kerakyatan.
4. H.O.S Tjokroaminoto
Nama lengkap beliau adalah Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
dilahirkan di Bakur, sebuah desa yang sunyi pada tanggal 16 Agustus 1982
bertepatan dengan tahun meletusnya gunung Krakatau di Banten. Peristiwa ini
sering dikiaskan oleh orang Jawa bahwa gunung meletus itu akan banyak
menimbulkan perubahan terhadap alam di sekelilingnya. Peristiwa ini pula yang
kelak dikaitkan dengan meledaknya tuntutan H.O.S Tjokroaminoto terhadap
pemerintah kolonial Belanda ketika ia menjadi pemimpin Sarekat Islam.[28]Diantara pendidikannya adalah di Olpayding
School Foor Indandishe Ambegtenaren (OSVIA) di kota Magelang lulus tahun
1902. Yang kemudian melanjutkan di Burgerlijke Avondschool (dari tahun
1907 hingga 1910). Dalam perjalanan karir beliau diantaranya pernah bekerja
sebagai kuli juru tulis Patih di Ngawi selama kurang lebih 3 tahun. Setelah itu
merantau ke Surabaya untuk bekerja pada sebuah firma Kooy & Co.[29]
5. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional .[30]
Zakiyah Daradjat
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu usaha dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka menyampaikan seruan agama dengan dakwah, menyampaikan
ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan
menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi
Muslim.[31]
Sedangkan
menurut Omar Muhammad al-Toumy as-Syaibany, mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai proses mengubah tingkah laku yang terjadi pada diri individu maupun
masyarakat.[32]
Dari definisi yang
dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam pada
dasarnya adalah sebagai usaha bimbingan jasmani dan ruhani pada tingkat
kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan
hukum-hukum Islam, menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil)
yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga
dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dari beberapa
definisi istilah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan judul “Relevansi Konsep Pendidikan Sosialis Perspktif
H.O.S Tjokroaminoto dengan Pendidikan Islam” adalah bagaimana kesinambungan
antara konsep pendidikan sosialime menurut H.O.S Tjokroaminoto yang meliputi prinsip,karakteristik,kurikulum, metode dan tujuan pendidikan sosialis dengan
Pendidikan Islam. sehingga dapat ditemukan kerelevanan antar kedua konsep pendidikan tersebut.
F. Metode
dan Prosedur Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah pendekatan kualitatif naratif yaitu sebuah pendekatan
penelitian yang menggunakan diskripsi-diskripsi baik secara lisan maupun
tulisan. Sebagaimana Bogdan dan Taylor
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan pelaku yang dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan kualitatif ini
diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).[33]
Pendekatan ini digunakan dan dipilih oleh peneliti
karena peneliti ingin mendiskripsikan hasil penelitiannya dalam bentuk
kata-kata bukan angka dan ingin mengkaji lebih mendalam tentang
Relevansi Konsep Pendidikan sosialis H.O.S Tjokroaminoto dengan pendidikan
Islam.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat
deskriptif kualitatif dengan studi tokoh. Kajian studi tokoh adalah pengkajian
secara sistematis terhadap pemikiran atau gagasan seorang pemikir muslim,
keseluruhannya atau sebagiannya. Pengkajian meliputi latar belakang internal,
eksternal, perkembangan pemikiran, hal-hal yang diperhatikan dan kurang diperhatikan,
kekuatan dan kelemahan pemikiran tokoh, serta kontribusinya bagi zamannya dan
masa sesudahnya.[34]
Anton Baker
sebagaimana yang dikutip oleh Syahrin Harahap secara jelas memasukkan studi
tokoh sebagai bagian dari penelitian sejarah, serta memberikan langkah-langkah
pelaksanaannya.
3. Sumber Data
Sumber data dalam proses penelitian ini adalah
menggunakan dokumentasi. Menurut Sugiyono,
suatu penelitian bila dilihat dari sumber data yang digunakan, terdapat dua
macam, yaitu: (1), sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada peneliti. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah
karya-karya yang ditulis langsung oleh tokoh yang diteliti. Dalam hal ini
adalah H.O.S Tjokroaminoto (2), sumber
data sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
peneliti, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen, yaitu karya-karya
yang secara intelektual tidak terjadi kontak, tetapi ada kesamaan tema-tema
pemikiran yang dikembangkannya.[35]
Untuk melihat Relevansi Konsep Pendidikan sosialis
H.O.S Tjokroaminoto dengan pendidikan islam secara konkrit dan komprehensif,
maka peneliti mengupayakan buku-buku yang ditulis langsung oleh obyek yang
diteliti, yang membahas secara khusus terkait dengan pendidikan Sosialis. Dari survey kepustakaan tentang tokoh
tersebutm maka sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya
buku H.O.S Tjokroaminoto, yaitu (1) Islam dan Sosialisme, Jakarta,Bulan
Bintang, 1963. (2) Program Asas Partai Sarekat Islam Indonesia, Bulan Bintang,
1963. (3) Moeslim National Ondermijs (Pendidikan Kebangsaan Seorang Muslim),
Bulan Bintang, 1963. (4) Reglement Umum Syarekat Islam Bagi Umat Islam, Majlis Tahkim, Yogyakarta, 1934 (5)
Reglement Umum bagi Umat Islam, Bulan Bintang, Yogyakarta,1985. (6)
Tarich Islam (Sejarah Nabi Muhammad).
Sedangkan sumber data sekunder adalah pendukung data
primer Tjokroaminoto Hidup dan yang mempunyai hubungan dengan tokoh tersebut
maupun dengan pendidikan sosialis. Dalam
hal ini, yaitu (1), Amels, Hos Tjokroaminoto Jilid 1, Bulan Bintang, Jakarta 1952 . Dan Hos Tjokroaminoto Jilid 2 (2),
Dahlan, Musfihin, “ Cokroaminoto dan obsesi persatuannya”, dalam
pesantren. (3) Notodijoyo, Peter G. Harsono
Tjokroaminoto: Mengikuti Jejak Perjuangan sang ayah, Jakarta:Gunung Agung,
1985. (4) TEMPO.Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa.2015. (5) Aji
Dedi Mulawarman. Jang Oetama. Jejaka dan Perjuangannya Hos. Tjokroaminoto.Yogyakarta:Galang,2014.
(6) Agus Salim, H.O.S Cokroaminoto, Nuansa, Bandung 2012. (7) Takshi
Ziraishi, Zaman Bergerak, PT.Pustaka Utama Grafiti, Jakarta 2015. Selain itu terdapat beberapa
buku penunjang yaitu majalah-majalah, web site Internet, artikel-artikel, dan
lain-lain yang relevan dengan obyek kajian.
4. Metode Pengumpulan Data
Sebelum peneliti menjelaskan teknik pengumpulan data
dari penelitian ini, perlu diketahui bahwa penelitian ini bersifat studi tokoh.
Karena bersifat studi tokoh, maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan
teknik dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen
ini bisa berbentuk data yang dikumpulkan dari beberapa tulisan, gambar atau
karya-karya monumental.[36]
Adapun dokumen yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data-data baik yang
berbentuk buku, artikel, jurnal, maupun karya ilmiah lainnya yang berkaitan
dengan judul yang diangkat oleh peneliti baik yang bersifat primer maupun
sekunder.
5. Validitas data
Menurut aliran positivisme, keabsahan data merupakan
konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan
kehandalan (reliabilitas) yang disesuaikan dengan tuntunan pengetahuan.[37]
Jadi, uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reliabilitas.Validitas merupakan derajad ketepatan antara data
yang menjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dengan demikian,
data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Dalam hal ini, teknik pemeriksaan keabsahan data
yang digunakan oleh peneliti adalah teknik Trianggulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Dalam teknik trianggulasi terdapat empat macam yaitu trianggulasi dengan
sumber, metode, teknik, dan teori.[38]
Adapun penelitian ini menggunakan trianggulasi
sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Kemudian data
tersebut dianalisa, dan data-data yang dirasa tidak diperlukan maka direduksi.
Dengan adanya keabsahan data ini, maka peneliti
melakukan penyederhanaan data serta diadakan perbaikan dari segi bahasa maupun
sistematikanya agar dalam pelaporan hasil penelitian tidak diragukan lagi
keabsahannya.
6. Metode Analisa data
Analisi ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.[39]
Menurut Burhan Bungin, analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan berdasarkan pertimbangan yang
dibuat selamanya atau pertimbangan umum. Yang dapat ditiru dan shahih data
dengan memperkaya konteksnya.[40]
Krippendorff memberikan gambaran tentang
tahapan-tahapan analisis isi [41]:
a) Penguntingan.
b) Penyamplingan.
c) Perekaman.
d) Penyederhanaan
data.
e) Pengambilan
simpulan bersandar kepada analisa konstruk dengan berdasar pada konteks yang
dipilih.
f) Naratif
(penafsiran) atas jawaban dari pertanyaan penelitian.
7. Metode analisis deskriptif.
yaitu
suatu metode yang menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dari tokoh yang
dibahas dengan lengkap tetapi ketat.[42]
8. Induksi
Pada setiap penelitian terdapat penggunaan induksi
dan deduksi. Demikian pula halnya dengan penelitian tokoh pemikiran Islam.
Induksi secara umum dapat diartikan sebagai generalisasi. Kasus-kasus dan
unsur-unsur pemikiran tokoh dianalisis, kemudian hasil analisis tersebut
dirumuskan dalam statement umum (generalisasi).
Perlu diingat bahwa rumusan umum itu bukanlah
merupakan subjektivitas sehingga tergantung dan merupakan keinginan pribadi.
Bukan juga merupakan pragmatisasi sehingga yang dilihat merupakan kegunaan
praktis. Bukan pula abtraksi sehingga situasi kongkret tidak diperhatikan.
Sebab dalam pembuatan rumusan umum itu situasi konkret di sekitarnya, dengan
demikian, dapat dipertimbangkan.[43]
G.
Sistematika
Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan, skripsi ini terinci
dalam beberapa rangkaian pembahasan yang disusun dalam lima bab dan dibagi bab
dan sub bab. Secara umum, sistematika penulisan penelitian ini adalah sabagai
berikut
Bab pertama, Merupakan pendahuluan
yang menguraikan secara sistematis latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi istilah, kajian pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, kajian pustaka,
membahas tentang penelitian terdahulu dan kajian teori
Bab ketiga,
Membahas tentang biografi H.O.S Tjokroaminoto. Dalam bab ini diuraikan tentang
riwayat hidup H.O.S Tjokroaminoto, riwayat pendidikan Tokoh yang mempengaruhi pemikirannya ,karya
H.O.S Tjokroaminoto dan Perkembangan pemikirannya.
Bab keempat, berisi pembahasan
meliputi tentang Relevansi pendidikan
Sosialis Perspektif H.O.S
Tjokroaminoto dengan Pendidikan
Islam.
Bab kelima, Berisi penutup yang
memuat kesimpulan dan saran
[1] Syaifudin,
Tan Malaka Merajut Masyarakat Dan Pendidikan Indonesia Yang Sosialistis
(Yogyakarta: Ar-Ruzmedia, 2012), 19.
[5] Andi,“Pemerataan
Pendidikan”, www. getfo rum:org/forum/viewtopic.php (7 Mei 2016).
[6]Amroni, “Pendidikan
Sosialisme Di Era Pemerintahan IR.Soekarno Di Tinjau dengan Filsafat Pendidikan Islam (1961-1966)”
(Skripsi,Universitas Sunan Kali Jaga,Yogyakarta,2008),2.
[7] Nuroni Suyomukti, Sukarno
& Cina (Yogyakarta:Garasi,2012),78.
[8] Istilah Negara-negara
barat di berikan kepada negara-negara yang seluruhnya adalah negara-negara yang
mempunyai kecanggihan tekhnologi yang tinggi serta yang menguasai negara-negara
berkembang. Negara-negara barat antara lain yakni Inggirs, Amerika Serikat,
Perancis, Italia, Jerman, Belanda dkk.
[9] Globalisasi merupakan
suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu
sistem ekonomi global. Selain itu, globalisasi juga merupakan proses kebudayaan
yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik
geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi,
dan politik. Dalam kehidupan sosial, proses global telah menciptakan
egalitarianisme, di bidang budaya memicu munculnya internationalization of
culture, di bidang ekonomi menciptakan saling ketergantungan dalam proses
produksi dan pemasaran, dan di bidang politik menciptakan liberalisasi.
[10] Dani
Setiawan, “Liberalisasi
Pendidikan & WTO dalam Jurnal
UI”, www.blogspotdaniSetiawan.html
(15 Juli 2016).
[11]Di sampaikan pada acara
PKD PMII Komisariat UIJ oleh Nur Sayyid Kristeva dengan tema Kapitalisme
Pendidikan Dalam Pusaran Arus Globalisasi, 20 Maret 2014.
[14] H.O.S Tjokroaminoto, Reglement
Umum Syarikat Islam Bagi Umat Islam (Yogyakarta:Majlis Tahkim,1934),64.
[16] Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Diterima
dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui
resolusi 217 A (III).
Pasal
26:
(1)
Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma,
setidaktidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan
rendah harus
diwajibkan.
Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka bagi semua orang
[17] H.O.S Tjokroaminoto, Tafsir
Program Asas Dan Program Tandhim (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), 34.
[18] Najwa
syihab dalam acara mata najwa “Belajar dari guru bangsa H.O.S Tjokroaminoto” .(20
Juli 2016).
[19] H.O.S Tjokroaminoto, Tafsir
Program Asas Dan Program Tandhim Syarikat Islam (Jakarta: Bulan
Bintang,1985),54.
[20] Hasan Langgulung, Azaz-Azaz
Pendidikan Islam (Bandung:Al-Husna,1986),32.
[21] Si adalah singakatan
sarekat islam yang pada awalnya bernama sarekat dagang islam yang di dirikan
oleh H.Samanduhi seorang pedaging batik solo. SDI bertujuan untuk mengorganisir
orang-orang islam dalam melawan hegemoni pedagang cina maupun kolonial belanda.
Setelah H.Samanhudi tersisih dan di gantikan oleh Tjokroaminoto. Tjokroaminoto
merubah SDI menjadi SI. Di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto SI bukan hanya
memikirkan ekonomi masyarakat melainkan juga pendidikan. Karena pada saat itu
orang-orang yang pribumi yang miskin tidak bisa mengenyam pendidikan. Dari
itulah sekolah SI mewadahi secara luas kepada rakyat seluruhnya tanpa
membedakan ras dan golongan,kaya dan miskin, kaum ningrat dan rakyat jelata.
[22] Cindy adam, Penyambung
Lidah Rakyat (Jakarta:Yayasan Bung Karno), 40.
[24] A Partanto Plus, Kamus
Ilmiah Populer (Surabaya:Arkola:1994),666.
[27] Ibid., 719.
[28] Tempo, HOS
Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa (Jakarta:Tempo Publishing, 2011),
30. Bisa di baca juga di Amelz, HOS Tjokroaminoto Hidup dan Perjuangannya
Jilid I, (Jakarta: Bulan bintang, 1952), 50.
[29] Amels, H.O.S
Tjokroaminoto Jilid 1 (Djakarta:Bulan Bintang,1952),50.
[32] Omar
Muhammad al-Toumy as-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam terj. Hasan
Langgulung (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), 134.
Terimakasih. Sangat membantu bagi saya untuk mengetahui sosok sang guru dalam pendidikannya
ReplyDeleteTerimakasih. Sangat membantu bagi saya untuk mengetahui sosok sang guru dalam pendidikannya
ReplyDeleteTerimakasih. Sangat membantu bagi saya untuk mengetahui sosok sang guru dalam pendidikannya
ReplyDeleteTerimksh sangat membantu
ReplyDeleteterimksh
ReplyDeleteThanks for your sharing knowledge
ReplyDeleteSemoga tulisan barokah, asbab kebaikan umat seluruh alam.
ReplyDeleteSangat bermanfaat
ReplyDeletedi tunggu tulisan selanjutnya
ReplyDeleteDi tnggu untuk tulisan selanjutnya mngenai guru bnagsa
ReplyDeleteterimakasih mas. sangat bermanfaat
ReplyDeleteSama2
ReplyDeleteTerimakasih bung
ReplyDeleteSip bung
ReplyDeleteSama sama
ReplyDeleteTerimaTerima
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeleteMksh mas
ReplyDelete