4 Mei tepat pukul 08.00 wib pagi. Dimana matahari mengiringi perjalanan kami di atas aspal-aspal yang masih hangat. Spanduk-spanduk besar, bendera merah putih, wajah-wajah garang, masa berteriak-teriak. Dan semua serentak berbaris atas nama kebenaran.
Dibawah gedung-gedung Rektorat. Kerumunan kami sekian detik tambah memanas. Untung saja ada penyetir masa yang mengontrol jalannya upacara yang kami sebut Korlap. Ia melirik ke kanan dan ke kiri takut ada penyusup yang mencoba merusak laga.
Secara bergantian suara-suara mulai bergemuruh " Turunkan Rektor", " kami bukan boneka" " penuhi hak-hak kami". Serak-serak suaranya membangunkan glora.
Terik matahari sudah tepat 360 derajad di atas tubuh. Menerkam kian menerkan. Tapi semangat bara tentara tak sedikitpun padam. Ku tak katakan semuanya karena. Ada segelinyir bekicot yang takut akan hitamnya kulit, yang tkut akan hilangnya SKS, yang takut akan cap merah dari dosen-dosen yang tak tahan kritik.
Di samping kanan jauh 15 meter dari barisan kami. Hilir mudik mahasiswa hanya menonton, ada yang heran, ada yang cengengesan, ada pula yang menselfi seperti layaknya hiburan gratisan. Kadang kami berfikir apa yang merek fikirkan tentang kami. Mengapa tidak semua mahasiswa mau berbaris, mau berpihak demi kebenaran. Tau-tau hanya menikmati hasil, tau-tau hanya menjelekkan kami ketika kampus mengecap bodoh. Sudahlah bagi kami mereka bukanlah aktor, bukanlah sutradara tetapi hanya penonton yang hanya bisa menikmati saja.
Sudah tepat jam 13.00 wib. Gemuruh suara kami di padukan dengan syair agar api yang sudah berkobar tak padam.
Akhirnya beberapa menit kemudian sang Rektor Turun, sang rektor berdebat dan sang rektor tak bisa memenuhi keinginan para aksi masa. Sang Rektorpun pergi begitu saja. Tak menggubris keinginan kami. Pura-pura mendengar tapi tidak di dengar.
Ratusan masa akhirnya memblokde kampus, memborgol tempat-tempat strategis sehingga kegiatan kampus mulai padam.
Lalu entah kenapa setelah 2 hari berlalu. Masa sedikit demi sedikit mulai menghilang. Ada yang mengatakan sudah selesai, ada yang mengatakan kita tunggu saatnya yang tepat dan ada yang mengatakan kita bunuh diri. Yang kita lawan adalah diri kita, bagian dari kita.
Lalu aku sebagai masa buntutan mulai bertanya-tanya Untuk siapa ini semua dan kita dibarisan mana ?? .... idealisme yang kita junjung. Penindas yang kita murkai. Kemana ...??
No comments:
Post a Comment