Monday, 19 March 2018
"Belajar dari Tjokro dan Said Nursi".
Spirit kelahiran
modernisme barat mendorong mereka untuk melakukan ekspansi ke belahan dunia
lain untuk mengeksploitasi tak terkecuali wilayah Islam. Selain menjajah mereka
juga melakukan sekularisasi terhadap umat Islam guna merejus nilai-nilai Islam
dalam kehidupan masyarakat. Di Indonesia, sekularisasi di lakukan melalui
sistem pendidikan “Political Etis” dimana di dalamnya di ajarkan mater-materi
tentang kehebatan dunia barat dan menghilangkan materi yang berbau agama.
dampak yang terjadai adalah output dari pendidikan tersebut lebih berhasrat
kepada hal-hal yang berbau materi seperti jabatan dan mengingkari agamanya.
tokoh pembaharu islam yang bernama Tjokroaminoto, ia sangat menentang perilaku
masyarakat yang mengadopsi materialisme barat sehingga ia menjulukinya “masyarakat
djahiliyah modern” namun ia tidak menafikkan mengenai kemajuan barat maka ia
menawarkan pendidikan integrasi modernisme dengan di landasi trilogi
setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid dan sepintar-pintar siyasat melalui
“sarekat Isalm”. Sementara itu di Turki pada era kemal attaruk demi menjadikan
Turki sebagai negara maju ia melakukan sekularisasi dengan prinsip sekularisme,
nasionalisme dan paradigma kehidupan modern (barat) ke dalam pemikiran
masyarakat. Sehingga yang terjadi corak masyarakat Turki kental dengan
keislamannya sampai runtuhnya otoman berubah drastis dengan digencarnya
sekularisasi termasuk dunia pendidikan. Kemal menutup semua lembaga pendidikan
yang berbau Islam seperti madrasah, ia meyakini bahwa untuk mengejar
ketertinggalan Turki harus meninggalkan nilai-nilai Islam dan mulai meniru
Baratk. Said Nursi sebagai tokoh pembaharu Islam resah melihat keadaan masyarakat
Turki yang sudah tercekoki westernisasi termasuk dalam dunia pendidikan. Ia menawarkan sebuah pendekatan
epistemologis yang mengintegrasikan Islam dan ilmu pengetahuan melalui gagasan “medrasah”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment