Surat al – dzariyat dan menjernihkan visi pendidikan islam
a.
Parsialitas penafisaran.
Diyakini atau tidak sampai detik ini peradaban islam masih jauh
tertinggal dengan peradaban bangsa bangsa lainnya seperti eropa, amerika, japan
dan asutralia yang notabennya mereka adalah masyarakat non islam. Islam kurang
mendatkan tempat dalam memainkan pengaruh percaturan dunia saat ini, terutama
semenjak diharamkannya menggunakan akal
secara total oleh golongan islam itu sendiri yang senang islam berjalan di
tempat. Kemunduran peradaban islam dalam khasanah kelimuan berawal dari
penafsiran yang sempit terhadap sumber sumber ajaran islam sehingga berdampak
kepada visi pendidikan islam di masa kini, dan memungkinkan juga akan terjadi jika masih terus di peihara.
Salah satu ayat yang di gunakan sebagai rujuan visi pendidikan
islam adalah surat al dzariat ayat 56 “
karena aku tuhan tidak meciptakan jin dan manusia melainkan mereka menyembahku
“. Dalam surat tersebut ada kata ibadah yang dipakai sebagai hujjah bahwa islam
itu sejatinya hanya melakukan ritual dengan Tuhan, menatap langit tanpa merektualisasikan
ke dalam realitas dunia. Ajaran tuhan seolah oleh hanya tergelantung di
langitnya tanpa harus dibumikan ke dalam kehidupan kemanusian. Kejemukan pola
fikir seperti inilah yang menyebabkan runtuhnya khasanah keilmuan dalam
pendidikan islam sehingga tak lagi punya gairah untuk mencetak para generasi
generasi islam . Mengambil bahasa bung karno dalam islam suntoloyo, islam itu
menjadi kolot, karena orang islam itu snediri yang tak mau berfikir maju.
Makna ibadah seperti madu yang tak memiliki rasa manis. Ia
kehilangan ruhnya untuk menjadi spirit kemajuan islam. Karena sekali lagi
ibadah lazimnya hanya di artikan pemenuhan hamba sebagai seorang mahluk kepada
sang khalik melalui berbagai macam ritual seperti shalat, puasa, zakat, dan
haji. Padahal untuk membentuk seorang muslim yang mempunyai kesolehan sejati,
seorang muslim harus melakukan perbuatan baik kepada sesama muslim ataupun
manusia secara umumnya, seperti gotong royong, kepedulian terhadap lingkungan,
dan pengembangan sumber daya alam sebagai modal kehidupan di masa yang akan
datang. Hal ini berarti bahwa seorang muslim tidak boleh hanya menatap langit,
ia harus menatap dunianya sebagai pijakan hidup dan modal untuk menjadi hamba
yang sejati.
Untuk itulah
sudah sepaptutnya ayat tersebut di artikan secara komperhensif demi kemajuan
islam itu sendiri khususnya dalam bidang pendidikan. Sehingga hal ini akan
berdampak kepada kemajuan islam dalam melihat perkembangan arus zaman yang
bergitu cepatnya. Menafsirkan ayat tersebut bukan berarti menyakahkan gunakan
pengertian ayat islam namun memurnikan tafsir al quran demi islam itu sendiri.
Interpretasi visi
yang jelas terhadap sumber-sumber islam akan membawa islam kepada pendidikan
islam yang real dan visi yang jelas. Mengapa visi, Karena tanpa visi islam akan
kehilangan arah dalam menatap masa depan khususnya di era globalisasi yang
begitu cepatnya. Ismail al faruqi menambhakn bahwa proses de islamisasi yang
sedang bergejolak dalam tubuh islam karena lemahnya visi sehingga secara terus
menerus menidurkan kaum muslimin. Padahal ia menambahkan bahwa visi merupakan
ruh islam dalam menjawab tantangan jaman agar islam selalu fleksibel dan berada
di garda depan. Salah satu akibat the lack of vision di dalam lembaga
pendidikan adalah bergesernya praktik pendidikan menjadi identik mengajar or
transfer of knowledge atau teaching and ta`lim bukan education, tarbiyah, and
ta`dib . padahal ketika kita benar benar jujur bahwa pendidikan islam di masa keemasannya bukan hanya di artikan
transfer of knowledge melainkan transfer of metodology and transfer of value.
Untuk itu jika hal tersebut kita hadirkan dalam bangunan realitas kita maka
akan tampak kemajuan islam karena dengan transfer of metodologi siswa tidak
hanya di cetak menjadi muslim yang sejati tetapi juga yang selalu siap
mengahapi jaman dan kemajuan visi keislaman di segala zaman apapun.
No comments:
Post a Comment