Pada tahun
1915 Haji Agus Salim hijrah ke tanah jawa, dan bekerja di Balai Pustaka,
disamping itu ia tercatat sebagai redaktur majalah neraca (majalah milik Abdul
Muis).
Selang
beberapa waktu kemudian Agus Salim bekerja di pemerintahan belanda sebagai
mata-mata kepolisian. khususnya untuk
organisasi yang dicurigai membahayakan pihak pemerintah. Organisasi pertama yang ia selidiki adalah
Sarekat Islam. Penyelidikan inilah yang mengantarkannya bertemu dengan dengan
Tjokroaminoto seperti yang ia ceritakan di dalam bukunya Mulawarman Jang
Oetama :
“Perkenalan
pertama saya dengan organisasi ini ... terjadi pada waktu saya sebagai anggota
seksi politik polisi. Saya diminta untuk menyelidiki kebenaran tentang rumor
yang mengatakan bahwa Tjokroaminoto telah menjual Sarekat Islam kepada Jerman
seharga f150.000; dan dengan uang inimemungkinkanya untuk melakukan
pemberontakan berskala luas di Jawa yang disuplai senjata oleh Jerman. Dari
semula saya meyakini dua hal: Pertama, bahwa rumor itu nonsens, dan kedua¸bahwa
jika pemberontakan itu menjadi kenyataan, ia hanyalah akan mengakibatkan suatu
malapetaka besar bagi negeri dan rakyat. Saya terimalah tugas itu, tetapi pada
waktu itu saya juga beritahukan perwira atasan saya tentang keyakinan di atas
... Penyelidikan itu membawa saya kepada
pengetahuan yang lebih dalam tentang Sarekat Islam, terutama tentang
kepemimpinan Tjokroaminoto dan ini menyebabkan saya turut serta dalam gerakan
itu, setelah itu saya putuskan hubungan saya dengan kepolisian”.[1]
Tepat pada
tahun 1915 Agus salim resmi bergabung dengan organisasi sarekat Islam.
Organisasi ini juga menjadi karier pertamanya masuk kedalam dunia pergerakan
politik nasional. Setelah memalui proses panjang berdasarkan hasil
penyelidikannya mengenai sarekat Islam, Ia benar-benar mengetahui betul bahwa
sarekat islam yang di pimpin oleh H.O.S tjorkoaminoto memiliki kesamaan visi
dengan cita citanya selama ini.
Semua itu
tidak terlepas dari kekagumannya terhadap Tjokroaminoto sebagai orang pribumi
yang sangat lantang menentang secara terbuka terhadap penindasan yang di
lakukan oleh kolonial. Sampai-sampai
Tokoh yang menguasai berbagai bahasa ini bersumpah bahwa ia akan selalu hijrah
bersama sang pemimpin kemanapun ia pergi.
Untuk itu
ketika Agus salim berada dalam organisasi SI. Agus salim menjadi orang yang
selalu menjadi benteng dan penguat tatkala ada seseorang yang mencibir
Tjokroaminoto. Sehingga hal tersebut menambah kemajuan bagi perjalanan SI
sampai akhirnya menjadi organisasi terbesar di Asia dengan anggota lebih dari
2,5 juta.
Bagi agus
salim Tjokroaminoto bukan hanya patner di dalam membangun pergerakan politiknya
di Sarekat Islam melainkan ia adalah seorang yang guru dan sahabat yang menjadi
panutan dalam perjalanan hidupnya. Bahkan Mulawarman secara gamblang
menerangkan bahwa:
“Agus
salim dan Tjokro tak pernah berselisih pendapat, akur dalam bekerja sama, bahu
membahu membawa sarekat Islam menjadi partai Islam pertama di Indonesia dengan
anggota tak terkalahkan oleh parta-partai maupun organisasi-organisasi pada
masanya”.[2]
Seperti
yang kita ketahui bahwa Gerakan Pan Islamisme yang terjadi di Turki dan
pengaruh bacaan bacaannya terhadap karangan Al Afgani yang mengajak bahwa umat
islam harus bersatu memiliki kesamaan yang sama dengan visi
Tjokroaminoto hingga pada tahun 1921, ia bersama Tjokro menggagas kongres
Majlis Ulama untuk menjembatani dan merangkul seluruh organsasi islam.
Kota
Cierbon menjadi saksi awal kongres islam yang mereka gagas akhirnya tercapai. Kongres Kedua
selanjutnya dilaksanakan di Kota Jogjakarta pada tahun 1933, yang kemudian
menjadi sisa sisa waktunya bersama Sang guru Tjokroaminoto yang meninggal pada
tahun 1934.[3]
D blik Agus Salim ternyat tjokro berperan besar
ReplyDeletebapak bangsa
ReplyDelete