Saturday, 3 November 2018

Tjokroaminoto ; Guru & Sahabat Sejatiku Pesan Agus Salim

Pada tahun 1915 Haji Agus Salim hijrah ke tanah jawa, dan bekerja di Balai Pustaka, disamping itu ia tercatat sebagai redaktur majalah neraca (majalah milik Abdul Muis). 
Selang beberapa waktu kemudian Agus Salim bekerja di pemerintahan belanda sebagai mata-mata kepolisian. khususnya untuk  organisasi yang dicurigai membahayakan pihak pemerintah.  Organisasi pertama yang ia selidiki adalah Sarekat Islam. Penyelidikan inilah yang mengantarkannya bertemu dengan dengan Tjokroaminoto seperti yang ia ceritakan di dalam bukunya Mulawarman Jang Oetama :
Perkenalan pertama saya dengan organisasi ini ... terjadi pada waktu saya sebagai anggota seksi politik polisi. Saya diminta untuk menyelidiki kebenaran tentang rumor yang mengatakan bahwa Tjokroaminoto telah menjual Sarekat Islam kepada Jerman seharga f150.000; dan dengan uang inimemungkinkanya untuk melakukan pemberontakan berskala luas di Jawa yang disuplai senjata oleh Jerman. Dari semula saya meyakini dua hal: Pertama, bahwa rumor itu nonsens, dan kedua¸bahwa jika pemberontakan itu menjadi kenyataan, ia hanyalah akan mengakibatkan suatu malapetaka besar bagi negeri dan rakyat. Saya terimalah tugas itu, tetapi pada waktu itu saya juga beritahukan perwira atasan saya tentang keyakinan di atas ...  Penyelidikan itu membawa saya kepada pengetahuan yang lebih dalam tentang Sarekat Islam, terutama tentang kepemimpinan Tjokroaminoto dan ini menyebabkan saya turut serta dalam gerakan itu, setelah itu saya putuskan hubungan saya dengan kepolisian”.[1]
Tepat pada tahun 1915 Agus salim resmi bergabung dengan organisasi sarekat Islam. Organisasi ini juga menjadi karier pertamanya masuk kedalam dunia pergerakan politik nasional. Setelah memalui proses panjang berdasarkan hasil penyelidikannya mengenai sarekat Islam, Ia benar-benar mengetahui betul bahwa sarekat islam yang di pimpin oleh H.O.S tjorkoaminoto memiliki kesamaan visi dengan cita citanya selama ini.
Semua itu tidak terlepas dari kekagumannya terhadap Tjokroaminoto sebagai orang pribumi yang sangat lantang menentang secara terbuka terhadap penindasan yang di lakukan oleh kolonial.  Sampai-sampai Tokoh yang menguasai berbagai bahasa ini bersumpah bahwa ia akan selalu hijrah bersama sang pemimpin kemanapun ia pergi.
Untuk itu ketika Agus salim berada dalam organisasi SI. Agus salim menjadi orang yang selalu menjadi benteng dan penguat tatkala ada seseorang yang mencibir Tjokroaminoto. Sehingga hal tersebut menambah kemajuan bagi perjalanan SI sampai akhirnya menjadi organisasi terbesar di Asia dengan anggota lebih dari 2,5 juta.
Bagi agus salim Tjokroaminoto bukan hanya patner di dalam membangun pergerakan politiknya di Sarekat Islam melainkan ia adalah seorang yang guru dan sahabat yang menjadi panutan dalam perjalanan hidupnya. Bahkan Mulawarman secara gamblang menerangkan bahwa:
Agus salim dan Tjokro tak pernah berselisih pendapat, akur dalam bekerja sama, bahu membahu membawa sarekat Islam menjadi partai Islam pertama di Indonesia dengan anggota tak terkalahkan oleh parta-partai maupun organisasi-organisasi pada masanya”.[2]
Seperti yang kita ketahui bahwa Gerakan Pan Islamisme yang terjadi di Turki dan pengaruh bacaan bacaannya terhadap karangan Al Afgani yang mengajak bahwa umat islam harus bersatu memiliki kesamaan yang sama dengan visi Tjokroaminoto hingga pada tahun 1921, ia bersama Tjokro menggagas kongres Majlis Ulama untuk menjembatani dan merangkul seluruh organsasi islam.
Kota Cierbon menjadi saksi awal kongres islam yang mereka  gagas akhirnya tercapai. Kongres Kedua selanjutnya dilaksanakan di Kota Jogjakarta pada tahun 1933, yang kemudian menjadi sisa sisa waktunya bersama Sang guru Tjokroaminoto yang meninggal pada tahun 1934.[3]



[1] Aji Dedi Mulawarman, Jang Oetama Jejak dan Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto (Yogyakarta: Galang Pustaka, 2015), 215-216.
[2] Aji Mulawarman, 213.
[3] Solikin Salam, 64.

2 comments: