Haji Agus Salim yang hidup pada tahun 1884 M dan wafat tahun 1954 M, nama aslinya adalah Mashadul Haq, dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1884 M di kota Gadang Bukittinggi Sumatra Barat.[1] Ia adalah seorang ulama, intelek, pendidik, wartawan, ahli bahasa dan pejuang kemerdekaan. Ayahnya Haji Agus Salim adalah seorang kepala kejaksaan di Riau, ia adalah bernama Sutan Mahmud Salim, ia berasal dari keluarga muslim ambtenar (pegawai Belanda) dan sedikit sekali mengenal pendidikan madrasah.[2]
Ayahnya Haji Agus Salim adalah seorang kepala kejaksaan di Riau, ia adalah bernama Sutan Mahmud Salim, ia berasal dari keluarga muslim ambtenar (pegawai Belanda) dan sedikit sekali mengenal pendidikan madrasah.
Setelah mencapai umur 7 tahun, maka Haji Agus Salim mulai sekolah, pertama-tama Haji Agus Salim sekolah ELS (Eropeesche Lagere School). Karena ayah Haji Agus Salim sebagai ambtenar maupun sebagai bangsawan tinggi, memudahkan Haji Agus Salim untuk memasuki sekolah. Selama berada disekolah Haji Agus Salim tidak mengalami kesulitan karena memang Haji Agus Salim anak yang cerdas. Selain ia mengikuti pelajaran sekolah, Haji Agus Salim masih sempat mengaji al-Qur’an seperti layaknya anak-anak kampung lainnya. Sehingga walaupun ia anak priyayi tidak lepas dari pengaruh lingkungan.
Setelah tamat disekolah ELS, maka Haji Agus Salim berniat meneruskan pelajarannya di Jakarta yaitu disekolah HBS (Hogere Burger School), Haji Agus Salim belajar di sekolah HBS selama 5 tahun. Selama belajar di HBS hasil yang dicapai Haji Agus Salim tidaklah mengecewakan karena ia selalu mendapat ranking dalam sekolahnya. Setelah tamat di HBS banyak guru yang simpatik dengan Haji Agus Salim, bahkan ada yang mengusahakan beasiswa untuk belajar di STOVIA (School Tot Opleideng Van Inlandshe Astsen), namun ia gagal masuk dalam sekolah tersebut.
Setelah Haji Agus Salim gagal melanjutkan di STOVIA, maka ia berniat untuk bekerja dan pada tahun 1906 M ia diangkat menjadi konsultan Belanda di Jeddah. Haji Agus Salim memangku jabatan sebagai sekretaris dragemen dari tahun 1906 sampai 1911 M.[3]
Haji Agus Salim menimba ilmu pengetahuan agama di Makkkah dengan pamannya yang bernama Ahmad Khatib yang sudah dahulu menetap di Makkah, pamanya bertugas sebagai guru di Masjidil Haram. Haji Agus Salim lebih giat belajar agama dengan pamannya karena ditanah air (Indonesia) sangat sedikit untuk memperoleh pendidikan agama.
Selain memperdalam ilmu agama Islam, Agus salim juga banyak mempelajari buku buku pemikir Islam, seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al Afgani, dan Rasyid Ridha ia melancarkan paham Pan Islamisme.
Pasca kembalinya ke tanah air, Agus salim mendirikan sekolah HIS (Holladd Inlandshe School) yaitu sebuah sekolah yang mengkombinasikan pendidikan umum dan keislaman, selain itu kurikulum sekolah didasarkan atas cinta kebangsaan, menurut agus salim hal ini bertujuan agar mereka (bumi putera) tumbuh sebagai manusia yang percaya diri dan tidak gampang pasrah sebagaimana yang terjadi di masyarakat umum.[4]
Pada tahun 1915 Haji Agus Salim hijrah ke tanah jawa, dan bekerja di Balai Pustaka, disamping itu ia tercatat sebagai redaktur majalah neraca (majalah milik Abdul Muis).
[1] Deliar Noer, The Modernist Muslim Movemen in Indonesia 1900-1942 (Kuala Lumpur: Oxfood University Prees, 1973), 110.
[2] Shalikin salam, Haji Agus Salim Hidup dan Perjuangan (Jakarta: Djaya Murni, 161), 9. Baca juga biografi singkat Agus Salim, Arya Ajisaka, Mengenal Pahlawan Indonesia (Jakarta: Kawan Pustaka, 2008), 81. Iwan Setiawan, Tokoh-tokoh Fenomenal Paling Mempengaruhi Wajah Indonesia (Yogyakarta: Laksana, 2011), 151.
[3] Suharto, Tokoh tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Haji Agus Salim dan Muhammad Husni Thamrin (Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya, 1), 10.
[4] hlm. 14.
Mantap
ReplyDeleteteladan
ReplyDelete