Saturday, 3 November 2018

Agus Salim "Bapak Indonesia Dengan Berbagai Bahasa"



Sumber gamb : Tirto.com
Sekilas riwayat sang bapak bahasa
 Haji Agus Salim yang hidup pada tahun 1884 M dan wafat tahun 1954 M, nama aslinya adalah Mashadul  Haq, dilahirkan  pada tanggal 8 Oktober  1884 M di kota Gadang Bukittinggi Sumatra Barat.[1] Ia adalah seorang ulama, intelek, pendidik, wartawan, ahli bahasa dan pejuang kemerdekaan. Ayahnya Haji Agus Salim adalah seorang kepala kejaksaan di Riau, ia adalah  bernama  Sutan  Mahmud  Salim,  iberasal  dari  keluarga  muslim ambtenar (pegawa Belanda)   dan   sedikit   sekali   mengena pendidikan madrasah.[2]
Ayahnya Haji Agus Salim adalah seorang kepala kejaksaan di Riau, ia adalah  bernama  Sutan  Mahmud  Salim,  ia  berasal  dari  keluarga  muslim ambtenar   (pegawai   Belanda)   dan   sedikit   sekali   mengenal   pendidikan madrasah.
Setelah mencapai umur 7 tahun, maka Haji Agus Salim mulai sekolah, pertama-tama  Haji  Agus  Salim  sekolah  ELS  (Eropeesche  Lagere  School). Karena ayah Haji Agus Salim sebagai ambtenar maupun sebagai bangsawan tinggi,  memudahkan  Haji  Agus  Salim  untuk  memasuki  sekolah.  Selama berada disekolah Haji Agus Salim tidak mengalami kesulitan karena memang Haji Agus Salim anak yang cerdas. Selain ia mengikuti pelajaran sekolah, Haji Agus  Salim  masih  sempat  mengaji  al-Qur’an seperti layaknya anak-anak kampung   lainnya.  Sehingga   walaupun   ia  anak  priyayi  tidak  lepas  dari pengaruh lingkungan.
Setelah   tamat   disekolah   ELS,   maka   Haji   Agus   Salim   berniat meneruskan pelajarannya di Jakarta yaitu disekolah HBS (Hogere Burger School),  Haji Agus Salim belajar di sekolah  HBS selama  5 tahun.  Selama belajar di HBS hasil yang dicapai Haji Agus Salim tidaklah mengecewakan karena ia selalu mendapat ranking dalam sekolahnya. Setelah tamat di HBS banyak guru yang simpatik dengan Haji Agus Salim, bahkan ada yang mengusahakan  beasiswa  untuk  belajar  di  STOVIA  (School  Tot  Opleideng Van Inlandshe Astsen), namun ia gagal masuk dalam sekolah tersebut.
Setelah  Haji  Agus  Salim  gagal  melanjutkan  di  STOVIA,  maka  ia berniat untuk bekerja dan pada tahun 1906 M ia diangkat menjadi konsultan Belanda di Jeddah. Haji Agus Salim memangku jabatan sebagai sekretaris dragemen dari tahun 1906 sampai 1911 M.[3]
Haji  Agus  Salim  menimba  ilmu  pengetahuan  agama  di  Makkkah dengan pamannya yang bernama Ahmad Khatib yang sudah dahulu menetap di Makkah,  pamanya  bertugas  sebagai  guru  di Masjidil  Haram.  Haji  Agus Salim   lebih   giat   belajar   agama   dengan   pamannya   karena   ditanah   air (Indonesia) sangat sedikit untuk memperoleh pendidikan agama.
Selain memperdalam ilmu agama Islam, Agus salim juga banyak mempelajari buku buku pemikir Islam, seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al Afgani, dan Rasyid Ridha ia melancarkan paham Pan Islamisme.
Pasca kembalinya ke tanah air, Agus salim mendirikan sekolah HIS (Holladd Inlandshe School) yaitu sebuah sekolah yang mengkombinasikan pendidikan umum dan keislaman, selain itu kurikulum sekolah didasarkan atas cinta kebangsaan, menurut agus salim hal ini bertujuan agar mereka (bumi putera) tumbuh sebagai manusia yang percaya diri dan tidak gampang pasrah sebagaimana yang terjadi di masyarakat umum.[4]
Pada tahun 1915 Haji Agus Salim hijrah ke tanah jawa, dan bekerja di Balai Pustaka, disamping itu ia tercatat sebagai redaktur majalah neraca (majalah milik Abdul Muis). 




[1] Deliar Noer, The Modernist Muslim Movemen in Indonesia 1900-1942 (Kuala Lumpur: Oxfood University Prees, 1973), 110.
[2] Shalikin salam, Haji Agus Salim Hidup dan Perjuangan (Jakarta: Djaya Murni, 161), 9. Baca juga biografi singkat Agus Salim, Arya Ajisaka, Mengenal Pahlawan Indonesia (Jakarta: Kawan Pustaka, 2008), 81. Iwan Setiawan, Tokoh-tokoh Fenomenal Paling Mempengaruhi Wajah Indonesia (Yogyakarta: Laksana, 2011), 151.
[3] Suharto, Tokoh tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Haji Agus Salim dan Muhammad Husni Thamrin (Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya, 1), 10.
[4] hlm. 14.

2 comments: