Sunday, 19 March 2017

Agama Pilkada



Setalah putaran pertama pada pilkada Jakarta 15 Februari lalu, Kini masyarakat Jakarta memasuki babak penentuan Gubernur dan Wakil Gubernur mereka. Dimana dua kekuatan besar akan bertarung di arena laga yang satu di pimpin oleh Si Anies dan Satunya oleh Si Pertahana Ahoek. Dalam fase penentuan ini dalam kaca mata saya sebagai penikmat laga pertarungan ada satu hal yang membuat saya geram akhir-akhir ini, mungkin hampir sebagian besar pemirsa di seluruh seantaro negeri khususnya orang islam ahlu sunnah wal jamaah Nu. Bagaimana tidak geram, hampir seluruh media menyoroti masalah kelompok orang islam yang secara terang-terangan tega tidak menyolatkan saudara seagamanya si nenek hindun si tua renta yang baru saja meninggal, karena persoalan beda pilihan calon. Bagi saya apa yang dilakukan kelompok islam fanatik tersebut sangat menjijikan. Memberikan citra yang buruk mengenai ajaran Islam. 
Apa yang mereka lakukan tidak terlepas dari situasi gentingnya Pilkada saat ini, dimana segala properti digunakan untuk memenangkan satu kelompok. Jika hujatan “Anjing,babi” cap fitnah, “anti agama” dan black campaign dirasa tidak cukup sebagai senjata untuk memenangkan pasangan suatu calon maka Agamapun  dijadikan kendaraan  untuk kemenangan mereka.
Kejadian si nenek hindun tersebut bagi saya jelas membuktikan bahwa kelompok yang melebelkan haram dishlatkannya nenek hindun hanyalah kelompok Islam ingusan, terutama di saat menjelang Pilkada. Kelompok yang bertopeng membela Islam, namun kenyataannya malah memberikan citra yang buruk terhadap ajaran Islam.
Bahkan tak jarang di antara mereka secara tidak langsung menghakimi teman seagamanya seolah-olah dirinya Tuhan yang memberi keputusan. 
Mungkin inilah yang disebut dengan Agama Pilkada, agama yang hadir di saat pemilihan calon pemimpin, Agama yang ditafsirkan kelompok tertentu demi kepentingan kelompok ataupun partai. Dan agama yang hadir setiap 5 tahun sekali baik Pilkada maupun Pilpres. Lalu sampai kapankah tindakan seperti ini akan hilang dalam pesta demokrasi ini, saya yakin di saat-saat Pesta demokrasi nantik akan hadir episode-episode selanjutnya yang lebih tidak manusia seperti kasus Nenek hindun jika hal ini terus dibiarkan.
   

No comments:

Post a Comment