Judul buku : Luka Perempuan Asap : air mata di antara
pohon sawit
Penulis : Nafi`ah
Al-Ma`rab
Penerbit :
Tinta Medina
Tahun : 2017
Tmpt/Tggl/bln/thn
sinopsis buku : Temboro, 03 Maret 2019.
Luka Perempuan Asap : air mata di antara
pohon sawit
Kurang lebih 4 jam lamanya saya melalap novel ini. novel yang sangat asyik untuk dijadikan teman ngobrol, mengajak ke alam fantastis dan yang lebih menarik adalah novel ini ditulis oleh seorang penulis yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini. “Luka perempuan ASAP”, ya itulah judulnya mengangkat sebuah
realitas kehidupan nyata bukan sekedar cerita. Berawal dari perjalanan seorang perempuan yang
bernama Mun anak tunggal juragan sawit. Mun harus rela menerima kenyataan bahwa
sang ayah memaksanya untuk menikah dengan orang yang menurut sang ayah memiliki
derajat sosial masyarakat yang sama. Sementara Mun tidak bisa mengela kenyataan
itu, walaupun ia sudah mencoba berkali-kali meyakinkan sang ayah bahwa Marjo si calon bukanlah laki-laki baik yang bisa membimbingnya. Kemasyuran Marjo selaku anak
bos sawitlah yang membuat ayah si Mun buta akan kenyataan. Hati dan pikiran si
Mun pun bercampur aduk sehingga ia sempat melarikan diri ke Jogjakarta bahkan
sempat bekerja serabutan. Di samping itu masalah lain muncul, ia harus
berurusan dengan dosen pembimbingnya ibu Wilda yang memanfaatkan si Mun selaku
anak bimbingannya dalam urusan proyek penelitian sawit yang disokong oleh pihak
asing. Ia harus memilih mengikuti sarannya atau tidak bisa lulus sebagai
seorang sarjana, dalam penelitian tersebut si Mun harus meyakinkan para petani
sawit bahwa tanaman sawit sangat berbahaya untuk kelangsungan hidup masyarakat
kampung belum lagi pembukaan lahan dengan cara pembakaran ilegal yang telah
membuat Riau diselimuti bencana asap yang telah merenggut banyak korban. Tak
hanya sampai disitu derita yang dialami oleh Mun, Marjo laki-laki yang
diidam-idamkan oleh ayahnya ternyata berhati busuk ia menguras kekayaan sang ayah
Mun dengan memanfaatkan statusnya sebagai calon menantu. Inilah awal kehancuran
keluarganya. Akhirnya sang ayahpun benar-benar bangkrut. Krisis yang telah
melanda dunia telah menyebabkan harga sawit sangat tak manusiawi belum lagi
Marjo telah banyak menguras hartanya. Depresi yang dialamai ayah Mun
menyebabkan sang ayah mengalami penyakit parah. Sementara Ibu Wilda selaku
dosennya harus menerima sebuah sanksi dari rektorat kampus karena telah
memperjual belikan penelitiannya demi kepentingan pribadi. Ia dikeluarkan dari
kampus secara tidak terhormat. Sakit yang diderita sang ayah kian parah,
sedangkan segala cara telah Mun perbuat termasuk mengeluarkan hartanya sampai
tak tersisa. Akhirnya Mun pun bersama
sang ayah harus tinggal di rumah kontrakan, hari-harinya ia habiskan untuk
merawat sang ayah padahal ia disisi lain harus mencari bekal untuk kebutuhan
sehari-hari. Sampai pada masa akhir detik-detik kematian sang ayah, sang
ayahpun tidak tega melihat anaknya dan ia memintanya untuk mencari seorang
suami paling tidak ada agar ada seseorang yang menjaganya. Si mun pun berusaha
keras untuk mencari calon suami berdasarkan permintaan sang ayah. Melalui Marisa
teman se kampus dengannya Mun pun dikenalkan dengan banyak laki-laki tapi tak
satupun sesuai dengan prinsip si Mun sampai ajal menjemput nyawa sang ayah.
Pada akhir cerita seorang laki-laki yang pernah menjadi bosnya sewaktu Mun
bekerja di Jogjakarta tak disangka datang kepadanya membawa sebuah berita yang
telah lama ia nanti, laki-laki itu memintanya untuk menjadi teman hidup
sekaligus mengajaknya mengarungi lautan
cinta yang halal di mata Allah S.W.T